JODOH
—Mutiara
Aku masih sayang kamu, Dit. Aku masih hapal kebiasaan-kebiasaanmu. Aku masih memerhatikanmu duduk bersama teman-temanmu di kantin kampus, memesan jus alpukat atau jus tomat-dengan-jeruk-nipis. Kalau sedang sendirian, aku biasa memerhatikan telepon genggamku: Membaca lagi beberapa pesan darimu yang masih kusimpan—atau berharap namamu muncul lagi di layar dan memanggilku dengan lagu cinta kita berdua. Andai waktu bisa diputar, Dit, aku ingin kembali menarik kata-kataku bahwa aku tak ingin menerimamu lagi. Aku ingin memaafkanmu, memulai lagi kisah kita yang baru: Aku ingin kita kembali dekat, tetapi semuanya sudah terlambat.
—Bayu
Sebelumnya, aku tak pernah jatuh cinta. Tetapi ketika pertama kali melihatnya, rasanya ada sebagian dari diriku yang kutemukan dalam dirinya. Namanya Mutiara. Tetapi aku selalu gagap menyebut namanya. Setiap kali bertemu dengannya, dan dia tersenyum padaku, ada perasaan asing yang entah bagaimana caranya seolah menahan jalan-jalan darahku: Membuatku deg-degan melulu. Aku akan selalu rela mengambil jalan memutar untuk pura-pura tak sengaja berpapasan dengannya, melihat pakai bando yang mana dia sekarang, tas yang mana, baju yang mana, sepatu yang mana: Aku suka semua yang ia kenakan. Meskipun suatu saat aku tahu dia tak pernah mengerti bahwa aku memerhatikannya, menyukainya dan mencintainya: Aku hanya ingin dekat. Aku hanya ingin dekat. Itu lebih dari cukup.
—Natasha
Aku membawakannya sarapan, buatanku sendiri. Aku memberinya sapu tangan, rajutanku sendiri. Aku mendoakannya, di atas doa-doaku sendiri. Sejak dekat dengannya sebagai sahabat, aku justru menemukan perasaanku yang lain untuk Bayu. Dia lucu, perhatian, pandai, sayang keluarga: Semua kriteria pria idealku ada padanya. Sebenarnya aku tak berharap laki-laki tampan seperti selebriti-selebriti televisi. Tapi kalau diperhatikan, kadang-kadang Bayu mirip juga sama Nicholas Saputra. Aku suka caranya diam. Kalau aku memerhatikannya saat sedang diam, diam-diam aku bicara dalam hati—seolah-olah mengatakan semuanya kepadanya: Aku cinta kamu, Bayu. Aku selalu mengatakannya dengan segenap perasaanku, semoga suatu hari ia benar-benar bisa mendengarnya dengan perasaannya sendiri. Kini, dekat dengannya adalah kebahagiaan sunyi yang terus membuatku berani bermimpi.
—Radit
Aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri bahwa pelan-pelan aku jatuh cinta pada Dania. Barangkali ia sosok perempuan yang selama ini aku cari untuk menjadi istri sekaligus ibu bagi anak-anakku. Ketika pertama kali mengenalnya, sejujurnya aku tak menyukainya. Physically, she was not my type. Tetapi semakin dekat aku mengenalnya, semakin aku menemukan kecantikannya. Bukan hanya di dalam, ia juga rupanya cantik di luar. Aku mengaguminya, perasaan yang belum pernah kumiliki pada perempuan lain selama ini. Dari semua perempuan di dunia, Dania barangkali bukan yang paling cantik, bukan juga yang paling baik, tetapi bagiku mungkin ia yang paling tepat. Aku meyakininya, seperti perasaan yang selalu membuatku ingin dekat dengannya. Sayangnya, ia sudah punya pacar: Dan akan segera menikah.
—Dania
Pagi tadi, Radit menyatakan perasaannya padaku. Sejujurnya selama ini aku juga menyukainya. Tetapi rencana pernikahanku dengan Firman sudah ditetapkan, segala hal sudah disiapkan. Tuhan, semoga Engkau mendekatkan semua manusia pada jodohnya—semua rahasia perasaan pada jawabannya. Engkaulah yang mengatur segalanya, dan Engkaulah yang mempertemukan dan mempersatukan semua manusia dengan pasangannya. Di atas semua keinginan dan kehendakku, aku mempercayakan semuanya pada pilihan-Mu: Dan semoga semua perasaan baik-baik saja.
and message from someone who written is "Jodoh bukan hanya soal perasaan".
Aku masih sayang kamu, Dit. Aku masih hapal kebiasaan-kebiasaanmu. Aku masih memerhatikanmu duduk bersama teman-temanmu di kantin kampus, memesan jus alpukat atau jus tomat-dengan-jeruk-nipis. Kalau sedang sendirian, aku biasa memerhatikan telepon genggamku: Membaca lagi beberapa pesan darimu yang masih kusimpan—atau berharap namamu muncul lagi di layar dan memanggilku dengan lagu cinta kita berdua. Andai waktu bisa diputar, Dit, aku ingin kembali menarik kata-kataku bahwa aku tak ingin menerimamu lagi. Aku ingin memaafkanmu, memulai lagi kisah kita yang baru: Aku ingin kita kembali dekat, tetapi semuanya sudah terlambat.
—Bayu
Sebelumnya, aku tak pernah jatuh cinta. Tetapi ketika pertama kali melihatnya, rasanya ada sebagian dari diriku yang kutemukan dalam dirinya. Namanya Mutiara. Tetapi aku selalu gagap menyebut namanya. Setiap kali bertemu dengannya, dan dia tersenyum padaku, ada perasaan asing yang entah bagaimana caranya seolah menahan jalan-jalan darahku: Membuatku deg-degan melulu. Aku akan selalu rela mengambil jalan memutar untuk pura-pura tak sengaja berpapasan dengannya, melihat pakai bando yang mana dia sekarang, tas yang mana, baju yang mana, sepatu yang mana: Aku suka semua yang ia kenakan. Meskipun suatu saat aku tahu dia tak pernah mengerti bahwa aku memerhatikannya, menyukainya dan mencintainya: Aku hanya ingin dekat. Aku hanya ingin dekat. Itu lebih dari cukup.
—Natasha
Aku membawakannya sarapan, buatanku sendiri. Aku memberinya sapu tangan, rajutanku sendiri. Aku mendoakannya, di atas doa-doaku sendiri. Sejak dekat dengannya sebagai sahabat, aku justru menemukan perasaanku yang lain untuk Bayu. Dia lucu, perhatian, pandai, sayang keluarga: Semua kriteria pria idealku ada padanya. Sebenarnya aku tak berharap laki-laki tampan seperti selebriti-selebriti televisi. Tapi kalau diperhatikan, kadang-kadang Bayu mirip juga sama Nicholas Saputra. Aku suka caranya diam. Kalau aku memerhatikannya saat sedang diam, diam-diam aku bicara dalam hati—seolah-olah mengatakan semuanya kepadanya: Aku cinta kamu, Bayu. Aku selalu mengatakannya dengan segenap perasaanku, semoga suatu hari ia benar-benar bisa mendengarnya dengan perasaannya sendiri. Kini, dekat dengannya adalah kebahagiaan sunyi yang terus membuatku berani bermimpi.
—Radit
Aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri bahwa pelan-pelan aku jatuh cinta pada Dania. Barangkali ia sosok perempuan yang selama ini aku cari untuk menjadi istri sekaligus ibu bagi anak-anakku. Ketika pertama kali mengenalnya, sejujurnya aku tak menyukainya. Physically, she was not my type. Tetapi semakin dekat aku mengenalnya, semakin aku menemukan kecantikannya. Bukan hanya di dalam, ia juga rupanya cantik di luar. Aku mengaguminya, perasaan yang belum pernah kumiliki pada perempuan lain selama ini. Dari semua perempuan di dunia, Dania barangkali bukan yang paling cantik, bukan juga yang paling baik, tetapi bagiku mungkin ia yang paling tepat. Aku meyakininya, seperti perasaan yang selalu membuatku ingin dekat dengannya. Sayangnya, ia sudah punya pacar: Dan akan segera menikah.
—Dania
Pagi tadi, Radit menyatakan perasaannya padaku. Sejujurnya selama ini aku juga menyukainya. Tetapi rencana pernikahanku dengan Firman sudah ditetapkan, segala hal sudah disiapkan. Tuhan, semoga Engkau mendekatkan semua manusia pada jodohnya—semua rahasia perasaan pada jawabannya. Engkaulah yang mengatur segalanya, dan Engkaulah yang mempertemukan dan mempersatukan semua manusia dengan pasangannya. Di atas semua keinginan dan kehendakku, aku mempercayakan semuanya pada pilihan-Mu: Dan semoga semua perasaan baik-baik saja.
and message from someone who written is "Jodoh bukan hanya soal perasaan".
Columbia Titanium Art - Titanium Arts
ReplyDeleteThe Columbian Art is a titanium ore unique, where can i buy titanium trim original glass piece, with all the elements, including glass and spade art. This glass titanium security sculpture depicts titanium alloy the Columbian suunto 9 baro titanium gold and