December 2011

Joke Part 2

Perhatikan tips berikut agar anda merasa nyaman saat naik angkot.

Siap…!!!

1. Ketika naik angkot harus diingat kaki duluan diikuti anggota tubuh lainnya. Jangan pakai handstand ketika mau naik angkot.

2. Kalau ditanya supirnya “mau kemana?” Jangan dijawab “Ke hatimu”.. awas, nanti supirnya bisa galau

3. Walau anda narsis dan sering bawa kamera, jangan sampai anda ngajak supirnya foto bareng trus update status “bersama supir angkot di terminal…” ntar dibilang norak

4. Tidak perlu dandan cantik dan seksi, soalnya cuma di FTV kita bisa nemu supir angkotnya ganteng

5. Jangan tanya pintu daruratnya dimana. Tolong jangan. Ini bukan pesawat

6. Pas sopir mau pindahin gigi, gak usah sok-sok gaya romantis dengan menggengam tangannya dan menatap matanya. Dia bisa kalang kabut

7.Ketika bayar dan dikasih uang kembalian ucapkan “Alhamdullilah yah, sesuatu banget..”

8. Kalau duduk di belakang supir, gak usah ngagetin dia dengan ngerangkul dan tutup matanya dan bilang “tebak aku siapa?”

9. Bila mau tanya ongkos jangan bahasa ‘gan’. misal: ‘berapa ongkosnya gan?’ ingat ini bukan kaskus

10.Dilarang curhat kesopirnya, siapa tahu doi lagi galau juga. Nanti gak konsen nyetir dan akhirnya nabrak

11. Sebelum naik, perhatikan nomor plat nomernya. Kalau RI 1 jangan dinaiki, kalau tidak ingin digeplak Paspampres

12. Jangan naik angkot yang pake bensin campir. Apalagi campur dorong. Capek deh

13. Setelah sampai tujuan, ucapkan “kiri, Bang!!” bukan “Kiri Beb!!”

Joke Part 1


How about your PET or animals have an account in FB or Twitter?

and this post will be guess about that...so check this out











  1. Kecoa, Statusnya pasti berbunyi " Yesss, Baru saja selamat darin injekan maut. nanananana........"
  2. Sapi, Statusnya berbunyi " ohhhh no, susuku diraba-raba lagi sama majikanku........."
  3. Ayam " Teman-teman kalau besok gue gak update status, berarti gue sudah digoreng. Love U All Muachh...."
  4. Cumi-cumi " hehehehehe abizzz isi ulang tinta, siap ngecroot lagiiiii...... asyikkkkkkkk....."
  5. Babi " Sialan gue difitnah nyebari flu lagi!!!!!! Resek lu pade.... "
  6. Kambing " Jangan keluar rumah plend, bentar lagi iedul adha......"
  7. Burung Beo " kalau besok gue dah gak bernyanyi untuk kalian, berarti gue dah dikontrak Dhani tuk gantiin once.. wkwkwkwkwk "
  8. Bebek " Asyiiik dapat panggilan dari basarnas untuk nolongin korban bajirrrr.... "
  9. Ikan lele sungai Citarum " Plend ini status gue yang terakhir, gue dah OD limbah nih..... wkwkwkwkw

Seporsi sate pak yadi


“Mother, how are you today? Mother, don't worry, I'm fine. Promise to see you this summer. This time there will be no delay.”
-- Maywood dalam ’Mother How are You Today?’

this story will bring me and you to remember how much love your mother and how much your love to mother.

just share and want to say...I LOVE YOU MOM !!!

try to read and enjoy!!!



SELESAI meeting, Ratno pun berpamitan. Hasil yang menggembirakan. Klien setuju dengan proposal yang diajukan timnya. Jabat tangan erat menghangatkan malam yang basah. Pertemuan di restoran itu pun usai. Semua tersenyum senang. Ratno ingin segera pulang, dia teramat letih.

Namun kemana Yadi? Sopir kantor yang sedianya siap di halaman parkir. Lagi pula restoran ini tidak memiliki area parkir yang luas. Hanya muat enam hingga delapan mobil. Semestinya, Avanza hitam ada di sana. Ratno menengok ke kiri dan ke kanan. Tak kelihatan. Sampai akhirnya dia pun memencet tuts ponselnya. Yadi, sopir kantornya pun menjawab akan segera kembali dalam waktu lima menit.

Lima belas menit berlalu, tak terlihat lampu mobilnya masuk. Ratno kian gelisah. Sempat terpikir untuk naik taksi saja ke kantor. Tapi niat itu urung karena mobil Avanza hitam sudah masuk ke halaman parkir. Ratno yang kesal langsung masuk mobil, dan hampir menumpahkan kekesalannya, bila Yadi tak segera menyambut dengan senyum dan permintaan maaf.

Mata Ratno menoleh sesuatu. Di kursi depan teronggok satu bungkus plastik berwarna hitam. Rupanya itu yang membuatnya datang terlambat. Tercium bau sate menusuk hidung dari bungkus plastik tersebut. Sepuluh tusuk sate daging ayam masih terasa hangat. ”Buat ibu saya pak, tapi ngantrinya lama banget, maaf ya pak,” kata Yadi sekali lagi.

Yadi pun berkisah tentang ibunya yang sudah tua dan susah menemukan selera makannya. Nah, biasanya dengan menu sate ayam seperti ini dia mau makan. ”Biasanya lahap,” kata Yadi lagi. Si Ibu yang kini tersisa. Ayahnya sudah lama wafat. Ibu dan ayah mertuanya pun demikian.

Ratno tak mau bertanya banyak lagi. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Kalau saja sate yang dibelikan Yadi untuk ibundanya ditaruh di mobil, sudah pasti akan dingin begitu sampai di rumah. Pertama, dia harus mengantarkannya pulang ke rumah. Lalu Yadi kembali ke kantor untuk mengembalikan mobil. Setelah itu Yadi masih harus menempuh perjalanan belasan kilometer dengan sepeda motornya. Sudah pasti jadi anyep nasib sepuluh sate itu. Di mobil ini saja, sate itu sudah ditiup pendingin udara.

”Pak Yadi, AC-nya dimatikan saja. Dingin banget, saya juga pengen merokok.” Sebenarnya dia ingin agar sate yang dibawa Yadi tak begitu dingin. Begitu AC di matikan, Ratno membakar rokoknya.

Dalam asap yang tersembur, pikirannya tiba-tiba melayang pada ibunya yang sudah sepuh di sudut kota Jakarta. Sudah lama dia tidak menyambangi ibunya itu. Kesibukan pekerjaan dan berbagai problema yang harus dihadapinya sering kali membuatnya lupa untuk sekadar meneleponnya.

Tiba-tiba sebungkus sate daging ayam Yadi menohoknya. Yadi, yang penghasilannya tak seberapa bila dibandingkan dirinya, berusaha mati-matian menyisihkan uangnya untuk membeli seporsi sate ayam. Sedangkan dirinya? Dia nyaris melupakan semuanya tentang ibunya, perempuan yang melahirkan dan membesarkannya dengan segala suka dan dukanya. Dia tahu ibunya sangat menyukai roti bakar yang katanya selalu menjadi makanan romantis bersama suaminya yang telah wafat beberapa tahun silam.

Ratno membatin. Dia mengambil ponselnya untuk menelepon rumah ibunya. Sayang tak ada jawab. Bik Ummi, wanita yang setia menemani ibunya juga pasti telah terlelap. Tak lama setelah melewati pertigaan, Ratno pun menyuruh Yadi menghentikan mobilnya. Padahal jarak ke kantor masih jauh.

Ratno menyuruh sopirnya langsung ke kantor. “Nanti Pak Yadi kemalaman sampai di rumah.” Dia sendiri memilih meneruskan perjalanan dengan menggunakan taksi. Betapa indahnya hidup Yadi, yang teramat menyayangi ibunya.

Tak lama kemudian, Ratno menyetop taksi. Di kursi belakang taksi berwarna biru itu, dia menahan haru dan perasaaan bersalah. Sebuah janji dicatat dalam hatinya, akhir pekan ini dia akan mengunjungi ibunya. Bersama dengan anak dan istrinya.

Newer Posts Older Posts

Powered by Blogger.